REVIEW
Smarfren Andromax Ec
4G Semurah Ini?
Sekitar beberapa minggu yang lalu saat artikel ini diketik, saya membeli Andromax Ec seharga hanya Rp 749 ribu rupiah saja di Tokopedia dengan seller MIS Mobile Phone yang pelayanannya oke selama proses pembelian ponsel ini. 700 ribuan saja sudah mendapatkan ponsel 4G dengan spek pada kertas yang memadai?
Hmm... Pada awalnya saya tidak berharap banyak dengan perangkat ini, karena yang saya incar hanyalah jaringan 4G dari Smartfren dengan promo paket True Unlimited 75 ribu/bulan sampai 30 April 2016. Lantas, apakah Andromax Ec ini memuaskan atau malah haram dibeli? Simak terus review berikut!
Diluncurkan bersamaan dengan Andromax Es-Q-Qi-dan R sekitar bulan Juni 2015, ponsel ini ditawarkan dengan harga 999 ribu rupiah. Saat itu Smartfren baru saja beralih dari CDMA ke 4G LTE, dan saat itu juga coverage nya masih sangat terbatas, dan paket yang ditawarkan juga tak terlalu menarik.
Lain dulu lain sekarang, kini bisa dibilang 4G LTE Smartfren adalah yang paling luas coverage jaringannya. Dari kota besar hingga kota-kota kecil di Jawa/luar Jawa, sinyal 4G Smartfren sangat mudah didapatkan. Sekitar akhir tahun 2015, hadir paket True Unlimited alias paket tanpa kuota yang berlaku di perangkat ponsel 4G Andromax, salah satunya Ec ini. Walaupun hanya berlaku hingga 30 April 2016, namun saya amat sangat penasaran hingga akhirnya tak tahan juga untuk membelinya awal bulan Maret 2016 ini alias ketika masa berlaku promo True Unlimited akan segera habis.


Desain Andromax Ec terbilang standar untuk kelas harganya. Tidak ada sesuatu yang cantik ataupun nyentrik, frame di sekitar layar juga tidak tipis, semua berkesan standar. Tetapi, saya cukup terpesona dengan build quality yang ditawarkan. Berat yang mencapai 145 gram menambah kesan solid pada Ec. Plastik-plastik yang ada di sekeliling bodi sangat kokoh terutama pada bagian bezel (samping) ala metal yang begitu kokoh, hingga rasanya ponsel ini bisa digunakan untuk memaku atau dijatuhkan dari ketinggian 1-2 M tanpa terjadi apa-apa.
Berdimensi 125.9 x 64.5 x 10.4 mm, ia tergolong kecil untuk ukuran ponsel zaman sekarang. Dimensi seperti ini selama saya gunakan harian ternyata menyenangkan, karena sudah lama tak menggunakan ponsel seukuran ini untuk dibawa kemana-mana dan kini kembali merasakan nyamannya saat dikantongkan di saku kemeja/celana atau dipegang tanpa takut terjatuh. Ketebalan 10.4 mm mungkin agak dirasa tebal, namun tak ada masalah sama sekali dalam penggunaan sehari-hari.
Tombol-tombol yang ada di sekeliling bodi seperti volume dan power cukup nyaman saat ditekan, tanpa terasa 'cetak-cetek' atau keras, dan peletakannya pas. Sedikit keluhan ada di back cover berbahan plastik tipis, ketika membukanya serasa takut pengaitnya akan patah.



Ketika dinyalakan, barulah terlihat bahwa Andromax Ec adalah ponsel murah. Layar TN 4" 480 x 800 nya tidak terlalu terang dan perwarnaannya juga kurang memikat mata, dan viewing angle akan kacau jika dilihat dari atas. Touchscreennya juga berbahan plastik, yang untungnya telah diberi bonus antigores dari pabrikan.
Walaupun begitu, layar ini masih sangat layak untuk dioperasikan dan dilihat sehari-hari. Sebagai perbandingan, Acer M220 yang saya review di sini punya layar jauh lebih buruk dibandingkan Ec. Touchscreen juga sangat smooth dan sensitif dengan sentuhan seperti ponsel Android 1 jutaan, menghasilkan rasa nyaman saat mengetik atau scrolling konten.
Andromax Ec berjalan dengan Android 5.0.2, yang telah mendapatkan sedikit kustomisasi dan... bloatware. Bloatware (aplikasi pre-installed) di ponsel ini sangat banyak seperti khasnya ponsel Smartfren, namun untungnya bisa di hapus. Kustomisasi ada di hadirnya task manager pada menu recent apps, dan akan muncul juga apabila kita menekan lama tombol back, serta aplikasi kamera berbeda dengan bawaan Android.
Spesifikasi hardware ponsel ini sangat menarik. Dengan harga tak sampai 800 ribu rupiah, saya sudah mendapatkan sebuah ponsel dengan chipset Snapdragon 410 besutan Qualcomm. Chipset berisi prosesor 64-bit 1.2GHz ini sangat jarang ditemukan pada ponsel murah, mayoritas ada di ponsel berharga 1 juta ke atas, dan bahkan 2 juta juga ditemukan seperti pada Samsung, Asus, dan Oppo. RAM 1GB dan memori internal 8GB terbilang cukup untuk ponsel entry level masa kini.
Lantas dengan spesifikasi yang lumayan handal, bagaimana dengan performa keseluruhannya? Ternyata cukup baik dikelasnya. Memang lag masih terasa saat kita sedang membuka sekitar 5-7 aplikasi yang sedang berjalan bersamaan dan performanya juga tak sekencang ponsel lain berchipset Snapdragon 410 seperti Asus Zenfone Laser atau Samsung Galaxy J5, tetapi ini tergolong wajar untuk sebuah ponsel Android murah. Jika tak membuka aplikasi sebanyak itu, tidak ada lag mengganggu yang bakal menghampiri. Semua berjalan dengan lancar baik saat berpindah antar menu, mengetik, dan scrolling.
Hasil benchmark Antutu menunjukkan score sekitar 20 ribuan, tergolong standar untuk masa kini. Kelengkapan sensor juga baik, tersedia sensor cahaya otomatis namun tentunya tak ada gyroscope. GPS juga berfungsi sempurna ketika digunakan untuk mencari jalan via Google Maps dan Waze (jarang ditemukan ponsel murah yang GPS nya berjalan sempurna), lock cepat hanya sekitar beberapa detik saja dan akurat.
Digunakan untuk bermain game, performanya masih terjaga dengan baik. Game ringan seperti Subway Surfer hingga yang berat seperti Need For Speed : No Limits mampu dijalankan tanpa kendala. Game yang membutuhkan performa multitouch mumpuni seperti Cytus juga dapat dimainkan dengan baik. Satu-satunya penghalang saat bermain game adalah ukuran layar 4" kadang terasa terlalu kecil.
Kamera beresolusi 5MP FF dengan LED Flash telah disematkan pada ponsel ini. Yang paling unik adalah pada kamera 5MP Wide Angle di depan, karena adanya LED Flash di samping kiri nya. Tampilan aplikasi kamera sederhana dan mudah digunakan, dengan pengaturan-pengaturan standar seperti resolusi, penyimpanan, dsb. Satu yang cacat di sini adalah, ketika ingin mematikan suara shutter aplikasi kamera langsung menutup paksa dan kembali ke home, yang berarti kita tak bisa mematikan suara shutter.
Hasil kamera belakang saat keadaan cahaya melimpah tergolong biasa saja, tidak ada yang spesial namun masih dapat diterima untuk seukuran 5MP. Detail cukup baik, noise sedikit, namun warna dan tone terkadang natural kadang tidak, dan juga sesekali terjadi overexposure. Shutter speed terhitung cepat, memudahkan ketika butuh mengambil gambar dengan cepat.
Beralih ke ruangan bercahaya lampu cukup, terlihat sekali bahwa ada proses reduksi noise oleh aplikasi. Noise terlihat standar, namun detail berkurang jauh. Warna masih tetap baik walaupun terkadang menjadi sedikit pucat. Oiya, berhubung kamera belakang Ec tak dilengkapi fokus otomatis, maka ia tidak bisa digunakan memotret objek berjarak kurang dari 30CM dengan jelas. Di keadaan ini shutter speed masih termasuk cepat.
 |
| LED Flash off |
 |
| LED Flash on |
Di ruangan minim cahaya, tentu hasil menjadi blur dan pucat. Menyalakan LED Flash akan membantu sekali dalam kondisi seperti ini. Biasanya, ponsel murah LED Flashnya terang seperti lilin, namun untungnya hal itu tak terjadi di Andromax Ec.
 |
| LED Flash mati |
 |
| LED Flash menyala |
Kamera depan adalah poin spesial pada ponsel 4G murah ini. Resolusi 5MP berlensa wide angle dan adanya LED flash, merupakan sesuatu yang sangat jarang didapat pada ponsel dibawah 1 juta rupiah. Performanya di cahaya matahari berlimpah sangat baik untuk sebuah kamera depan. Baru di saat cahaya lampu yang kurang terang, ia kewalahan dalam mengambil gambar. Di saat sepert ini, LED flash sukses menjadi penolong dengan cahaya yang lumayan terang walaupun tak seterang flash kamera belakang. Untuk sektor kamera saya puas sekali, dengan harga segini tidak ada yang perlu dikeluhkan karena semua bekerja dengan baik.
Multimedia terutama musik juga menjadi keunggulan Andromax Ec. Walaupun player musik bawaannya sangat kaku seperti tampilan pada Android Gingerbread, teknologi Dolby Atmos yang disematkan sangat menyenangkan ketika dinyalakan. Setelah mendapatkan setelan Bass, Treble, dan Equalizer yang tepat suara menjadi benar-benar bagus, baik dengan speaker yang keluaran suaranya nyaman didengar ataupun earphone.
Satu lagi yang membuat saya kaget, adalah Earphone bawaannya. Memang ia terlihat murahan, namun ketika dipakai mendengarkan musik... Suaranya bak searbud Sennheiser yang seharga 200-300 ribuan. Bass lantang, treble seimbang, dan suara yang baik bisa anda dapatkan di earphone ini.
Konektivitas tentu menjadi alasan mengapa saya tertarik untuk meminangnya. Sim 1 berslot microSIM dikunci untuk Smartfren 4G dan sim 2 berslot miniSIM yang kini bisa internetan hingga EDGE (di produk Andromax terdahulu tak bisa dipakai untuk berinternet). Sim 2 tidak bisa digunakan jika kita tidak menyematkan Smartfren pada sim 1. Kita sudah mendapatkan MicroSIM Smartfren pada paket penjualan, dan langsung terpasang pada ponsel. Bonus 2GB data + 6GB data malam selama 7 hari akan kita dapatkan setelah mengaktivasikannya, dan yang paling utama adalah kita bisa mengaktifkan paket True Unlimited (dan inilah alasan utama saya dalam membelinya) di ponsel ini.
Setelah memakainya di seputaran Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, saya sangat puas dengan koneksi 4G Smartfren. Speed stabil untuk download di kisaran angka 1-3 MB/s atau sama dengan 8Mbps - 32 Mbps. Ponsel selalu berhasil mendapatkan sinyal LTE walaupun berada di dalam mall atau gedung, hanya saja sinyal baru mati ketika berada di basement sebuah gedung. Terkadang, di lokasi tertentu memang turun menjadi ratusan KB/s namun hal itu hanya terjadi sesekali saja. Dengan speed sangat kencang seperti ini, saya sukses menghabiskan 100GB dalam waktu 2 minggu saja. Untuk Youtube, koneksinya dapat menjalankan video 1080p tanpa terjadi buffering sama sekali. Mengunduh file sebesar 3.9GB hanya diselesaikan dalam waktu 30 menitan saja. Hebat bukan?
Sayang, kehebatan tersebut dinodai oleh batere 1500mAh yang sangat kecil untuk melayani konektivitas 4G LTE. Untuk penggunaan ringan seperti sosial media dan browsing saja, ia hanya bertahan 6-7 jam sebelum akhirnya mati dengan screen-on-time sekitar 3 jam. Saya sering menggunakannya untuk tethering hingga ke 5-8 perangkat, dan 100% akan menjadi 0% dalam waktu 4.5-5 jam pas (tergantung sinyal). Ponsel juga menjadi panas sekali jika digunakan tethering nonstop (namun tak masalah jika tak dipegang, yang jadi masalah ketika dikantungi paha menjadi panas). Dalam penggunaan normal pun bodinya tak pernah adem, selalu hangat. Proses pengecasan dari kosong hingga penuh memakan waktu standar yaitu 2 jam dengan charger 1A.
Pada akhir kata, saya sangat merekomendasikan ponsel ini. Walaupun ada kekurangan seperti layar yang tak terlalu cemerlang dan daya tahan baterai pas-pasan, namun saya bisa bilang bahwa ini adalah ponsel terbaik di harga 700 ribuan. Pesaingnya seperti Lenovo A1000 atau merk lokal seperti Evercoss Winner T3, tak mampu menyamai performa, kamera, respons touchscreen dan build quality dari ponsel besutan Haier ini. Sinyal Smartfren 4G mampu memberikan senyuman ketika digunakan sehari-hari berkat kecepatan dan kestabilannya yang memuaskan.
*gambar dan tulisan diatas murni sepenuhnya karya penulis. Mohon mencantumkan sumber artikel ini jika ingin memuatnya di tempat lain.
Belum ada tanggapan untuk "[REVIEW] Smartfren Andromax Ec 4G (Haier) [Indonesia]"
Post a Comment