REVIEW
Acer Liquid M220
Windows Phone Termurah Saat Ini
Juni 2015 lalu, Acer Indonesia meluncurkan produk ponsel bersistem operasi Windows Phone 8.1 pertama mereka yaitu Liquid M220. Saat itu, ia dibanderol seharga 749 ribu rupiah, yang menurut saya kurang worth-it. Mengapa?
Dengan harga segitu, saya bisa membeli Lumia 430 besutan Microsoft. Spesifikasi sudah jelas dimenangkan oleh 430 dengan RAM 1GB (M220 hanya 512MB), memori internal 8GB (M220 4GB saja), dan build quality serta update software di seri Lumia rasanya lebih terjamin dibanding Acer.
Namun itu dahulu, sekarang M220 hanya dibanderol seharga 500 ribuan saja (harga resmi 499 ribu, saya membelinya di Tokopedia seharga 535 ribu). Dengan uang 500 ribuan bisa mendapatkan sebuah ponsel Windows Phone 8.1 berlayar 4" keluaran merk global, membuat saya tertarik untuk membeli dan mencobanya lebih lanjut untuk pemakaian harian.
Tentunya harapan saya terhadap ponsel ini tak terlalu besar, mengingat banderol harga yang ditawarkan. Lantas, apakah M220 mampu memenuhi fungsi-fungsi penting dalam sebuah ponsel?
Jika anda mengetahui Acer Liquid Z220, sebenarnya M220 ini model bodinya persis 100% dengan ponsel Android tersebut. Pertama kali melihat M220, tentu kentara bahwa ini adalah ponsel kelas bawah. Mulai dari besarnya bezel di sekeliling layar, layar berwarna abu-abu saat padam, lalu bahan plastik yang digunakan jauh dari kata mewah alias murahan.
Beruntung, ia masih jauh lebih baik daripada ponsel android lokal yang biasanya mendominasikonstruksi nya kokoh tanpa satupun "kriyep-kriyep" ditemukan pada bodi. Tutup belakangnya juga mempunyai model unik, seperti guratan-guratan yang tentu adalah bagian unik di desainnya. Satu lagi keunikan desainnya, bagian sampingnya bertekstur ala gerigi kotak-kotak berwarna silver. Di genggaman tangan, M220 terasa
Berukuran 12.5 x 6.4 x 0,96 cm dan berlayar 4 inci, M220 tentunya termasuk kategori ponsel imut untuk zaman sekarang. Ia cukup ringan dengan berat 119 gram, nyaman digenggam dan juga dikantongi di saku kemeja/celana.
Ada satu fitur yang saya rasa jarang didapatkan di ponsel lokal/branded 500 ribuan, yaitu kehadiran sensor cahaya otomatis dan proximity dan 2 sensor ini sangat berguna pada pemakaian sehari-hari, tak perlu menyetel kecerahan cahaya secara manual dan layar akan otomatis padam ketika dipakai menelepon dan menyentuh telinga.
Secara keseluruhan, di sisi desain M220 cukup unik, namun masih terkesan murahan dan bahan plastik nya tidak begitu bagus. Yah, harga 500 ribu ini, protes banyak-banyak tentu diharamkan :D
Layarnya termasuk sederhana khas ponsel murah, dengan TN-display 4 inci beresolusi 480 x 800 pixel. Kualitasnya... Tidak begitu bagus, namun masih cukup layak dipandang. Jika dilihat dari depan memang lumayan karena warna putihnya cukup bagus dan warna masih terlihat baik, meskipun ketika menampilkan hitam jadi seperti abu-abu. Namun ketika kita memiringkan sedikit saja pandangan dari depan, tampilannya langsung hancur seperti 3 gambar di atas.
Paling menyusahkan ketika menggunakan kamera dan sedang mencari angle untuk memotret (terutama menggunakan kamera depan), dan ketika ponsel sedikit miring, kita tidak bisa melihat apa-apapun dari viewfinder karena semuanya gelap. Touchscreen nya juga bukan dari kaca, tetapi plastik dan gap antara layar dengan touchscreen tidak rapat. Ini menghasilkan refleksi alias pantulan berlebih saat digunakan di luar ruangan, dan brightness pada posisi maksimum tidak banyak membantu tampilan terlihat jelas.
Layar sentuhnya termasuk responsif, ditekan sedikit langsung merespons dan scrolling konten terasa nyaman. Tetapi, lagi-lagi ada sedikit ketidaknyamanan di layar sentuhnya (bukan keyboard, karena keyboard pada Lumia 430/435/520 yang juga berlayar 4 inci sangat responsif) yaitu tidak bisa digunakan untuk mengetik sangat cepat (seperti Lenovo A390/A319i dahulu). Kita harus menyentuh huruf 1-1 atau sedikit sabar agar tak terjadi keyboard lari-lari sendiri atau salah ketik, dan ini cukup menguji kesabaran bagi para fast typer seperti saya.
Hal ini sebenarnya wajar di ponsel harga 500 ribuan. Ponsel-ponsel lokal berharga sama juga mengalaminya, bahkan lebih parah karena biasanya banyak terjadi kebocoran backlight sehingga saat tampilan gelap muncul cahaya putih di samping-samping layar.
Bagian ini adalah yang paling eksklusif dari M220, yaitu OS. Ia menggunakan Windows Phone (saya singkat menjadi WP) 8.1 seperti keluarga Lumia dari Nokia dan dijanjikan update WP 10 kelak, namun dengan banderol harga di pasaran paling murah dengan 500 ribuan saja.
Tampilannya seperti pada ponsel Lumia yang sudah memakai WP 8.1, namun tanpa kehadiran HERE maps dan Lumia Camera. Tombol virtual back-home-search yang berada di layar, sedikit mengganggu karena memakan space layar yang sudah sempit, namun bisa disembunyikan dengan mudah dengan cara menyapukan jari ke arah atas pada bagian tombol virtual.
Kustomisasi yang ada tentu tetap minimalis khas WP. Kita bisa menambahkan tiles ke homescreen, menyesuaikan ukuran tiles, mengganti warna tiles atau memasangkan wallpaper yang akan tampil di dalam tiles pada homescreen, mengganti latar jadi hitam/putih, dan mengganti wallpaper lock screen.
OS WP 8.1 nya sendiri setelah saya gunakan untuk aktivitas harian, sudah semakin sempurna dibanding WP 7.5/7.8 zaman Lumia 900 dulu. Kini transfer data bisa langsung transfer data dari/ke PC tanpa perlu Zune yang merepotkan, bar notifikasi seperti android telah hadir, kustomisasi tampilan makin banyak, dan performa dalam menjalankan aplikasi semakin lancar. Tampilannya yang sederhana namun fungsional, menjadikannya cocok untuk kaum yang tak menyukai ponsel bermenu ribet atau orangtua berusia lanjut.
Dengan spek sederhana (chipset Snapdragon 200 dengan prosesor dual-core 1.2GHz, GPU Adreno 302, dan RAM 512 MB saja), performanya tak bisa disamakan dengan ponsel Android berspesifikasi serupa yang bakal tak jauh-jauh dari lag jika dipasangkan dengan spesifikasi tersebut. WP berjalan super lancar di M220 tanpa terjadi lag atau hang satupun ketika membuka aplikasi dan scrolling pada menu. Browsing juga sangat menyenangkan, tanpa lag dan loading halaman cepat.
RAM 512 MB mulai menunjukkan identitasnya kala kita berpindah antar sosial media dengan switcher (tekan tombol back lama), seringkali muncul jeda tampilan bertuliskan "resuming" selama beberapa saat, baru aplikasi terbuka. Namun, tidak ada jeda yang terjadi selama multitasking antar aplikasi bawaan seperti Phone, SMS, Settings, Photo, dsb.
Performa gaming dengan game biasa seperti Subway Surfer, Hill Climb Racing, Traffic Racer, Sonic Dash, Where's My Water 2, sangat lancar dijalankan di M220. Respons touchscreen juga baik ketika digunakan untuk game. Untuk game dengan grafik HD seperti Asphalt 8 tak bisa dijalankan di M220 dikarenakan keterbatasan RAM dan ini dapat dimaklumi karena ponsel Android seharga 500 ribuan juga tak ada yang mampu menjalankan game berat. Sedikit catatan, buang jauh-jauh niat anda untuk membeli ponsel ini jika suka memainkan games terbaru, karena pilihan games yang ada di Store hanya itu-itu saja alias terbatas.
Yang mengganjal yaitu kompabilitas aplikasi dan pilihan aplikasi di Store nya. Untuk media sosial dan messenger terkini seperti Line, BBM, Whatsapp, Instagram, Twitter, Facebook, sudah tersedia di WP. Namun, masih sangat banyak yang tak tersedia seperti Path (yang baru saja hengkang dari WP akhir 2015 lalu), Snapchat, dan sebagainya. Pengembangan aplikasi terkesan tak serius seperti Instagram yang dari dulu hingga kini masih berstatus Beta, atau Line yang fiturnya tak selengkap Android, dan BBM yang performanya buruk karena tak kunjung mendapatkan update.
Isi aplikasi-aplikasi baru pada Store banyak yang menyedihkan dan tak berkualitas. Game-game juga kurang variatif dan yang bagus hanya buatan developer terkenal saja, seperti Asphalt 8, Sonic Dash, Temple Run, Subway Surfer, dsb. Hal ini sangat mengganggu dan menjadi PR besar untuk Windows agar terus meningkatkan kualitas dan isi dari Store mereka.
Mengusung kamera 5 MP dengan AF & Flash di depan, sebenarnya terhitung bagus di harga 500 ribuan karena jarang ponsel seharga itu yang memiliki kemampuan autofokus. Kamera depan 2 MP yang diberikan di M220 sukses menambah nilai jual ponsel murah ini.
Aplikasi kamera bawaan WP mempunyai menu yang simple, dengan menu pengaturan resolusi, scene, ISO, exposure, white balance, dan beberapa efek. Tampilan viewfinder menurut saya kekecilan, tidak memenuhi layar sehingga kurang nyaman melihat objek yang akan dipotret.
Memotret di siang hari dengan cahaya melimpah, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Tone warna tidak bagus, warna pada foto tidak natural, detil kurang, dan noise terlihat dimana-mana. Hasil seperti ini bisa dibilang lebih mirip dengan kamera 2 megapixel di zaman Nokia N70 dahulu.
Pemotretan jarak dekat di luar ruangan, juga kurang memuaskan. Autofokus memang bekerja dengan baik, tetapi efek kedalaman pada background alias bokeh hanya alakadarnya saja. Detail dan warna masih kurang, dan noise juga masih terdeteksi di sekeliling foto.
Di dalam ruangan bercahaya cukup, hasil foto terhitung buruk. Noise bertambah dimana-mana, dan detail kabur entah kemana, menghasilkan foto yang tidak tajam.
Memotret jarak dekat di ruangan bercahaya sedang, performanya semakin menurun. Noise terlihat jelas, detail tidak jelas, dan warna pucat.
Hasil foto di ruangan bercahaya redup, dapat anda nilai sendiri.
Lampu LED Flash cukup terang, namun hanya terfokus pada suatu objek sehingga lebih mirip senter (tidak menyebar rata cahayanya).
Setidaknya, kamera belakang WP murah besutan Acer ini jauh lebih baik dibanding ponsel Android merk lokal berharga serupa. Biasanya, ponsel seharga ini mempunyai kamera interpolasi 5 MP atau 2 MP yang hasilnya blur dan tidak layak lihat. Hasil kamera M220 masih bisa dilihat dengan jelas, dan kehadiran autofokus sangat membantu ketika memotret dokumen/tulisan.
Kamera depan 2 MP nya biasa saja, dengan hasil saat pencahayaan berlimpah yang tajam dan lumayan natural tetapi banyak noise, dan tetap tajam namun noise bertambah banyak di pencahayaan biasa. Lensanya tidak wide, sehingga kurang nyaman dipakai selfie beramai-ramai.
Perekaman video termasuk seadanya, hanya support hingga 480p. Hasilnya di outdoor lumayan baik dengan framerate mulus dan suara jelas, tetapi autofokus tidak bekerja saat merekam video. Di dalam ruangan, jangan harap bisa menggunakannya, karena hasilnya gelap sekali.
Menyetel musik di M220 menggunakan earphone sangat menyenangkan, jauh dibandingkan Android murah berchipset Mediatek yang dari pengalaman saya selalu bersuara ala kadarnya ketika dipadukan dengan earphone. Suara yang dihasilkan ketika diuji dengan earphone Phrodi, Apple Earpods dan Apple Earphone jelas dengan bass dan treble yang pas, nyaman sekali didengar. Pengaturan volume 30 level, memudahkan saya untuk menyetel level suara yang benar-benar pas.
Earphone bawaannya sendiri bersuara jelas untuk komunikasi walau miskin kandungan suara bass, dan kelemahan ada di speaker internal di atas layar (menyatu dengan earpiece) yang cempreng serta bersuara pelan.
Konektivitas tergolong standar dengan kehadiran bluetooth dan wi-fi. Keduanya bekerja dengan baik dan fungsi tethering wi-fi telah tersedia, begitu pula sinyal internet 3G yang dapat dengan jelas ditangkap. Sayangnya M220 tak bisa di lock 3G only, membuat saya jengkel karena kerap kali sinyal berubah menjadi E dan tidak kembali ke 3G lagi. Solusi nya adalah menonaktifkan internet via settings lalu menyalakannya lagi, merepotkan.
Baterai hanya berkapasitas 1300 mAH, dan tidak mampu digunakan seharian. Dengan penggunaan sosial media dan browsing yang biasa saja menggunakan jaringan 3G, M220 bertahan 6 jam dari 100% hingga mati, termasuk boros. Namun anehnya, jika penggunaan yang sama dilakukan dengan internet dari wifi, baterainya jauh lebih baik dengan 9 jam waktu penggunaan hingga mati. Jika saya hanya menggunakannya untuk mendengarkan musik seharian dan browsing serta sosial media sesekali menggunakan wi-fi, M220 mampu bertahan dari 100% jam 9 pagi hingga jam 9 pagi hari esoknya alias sehari. Kalau anda berniat memberdayakannya untuk telepon dan sms saja (tanpa internet), ia mampu bertahan 2 hari tanpa perlu diisi ulang kembali.
Pada akhirnya, Acer M220 memanglah sebuah barang yang pantas dihargai 500 ribuan. Ia tetap terasa barang murah dengan beberapa komplain yang wajar untuk ponsel semurah ini, namun tetap menyelipkan beberapa kelebihan. Untuk anda yang tak ingin membeli merk lokal, ingin coba-coba sensasi memakai Windows Phone, tidak ingin merasakan lag ala ponsel Android murah, bisa memotret dokumen dengan jelas, akan memakainya untuk mendengarkan musik, dan butuh ponsel sekunder yang lumayan canggih untuk telepon dan sms/backup atau butuh ponsel darurat yang murah meriah namun bisa digunakan untuk media sosial, boleh meminang ponsel ini tanpa ragu.
Tetapi, untuk yang akan menjadikan M220 sebagai ponsel utama untuk berbagai aktivitas dan game, suka mengetik cepat, dan berharap daya tahan baterainya baik dengan penggunaan internet terus-terusan, sebaiknya menabung lagi untuk membeli ponsel yang lebih bagus (jika ingin Windows Phone, minimal Lumia 430/435 yang pantas dipakai sebagai ponsel utama).
*gambar dan tulisan diatas murni sepenuhnya karya penulis. Mohon mencantumkan sumber artikel ini jika ingin memuatnya di tempat lain.
Belum ada tanggapan untuk "[REVIEW] Acer Liquid M220 (Windows Phone 8.1) [Indonesia]"
Post a Comment